Pages

Monday, June 17, 2019

Pajak Pusat dan Pajak Daerah


Pajak Pusat dan Pajak Daerah



Pajak pusat dan pajak daerah merupakan jenis-jenis pajak yang pengelompokannya berdasar pada lembaga pemungutannya.
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja negara seperti pembangunan jalan, pembangunan sekolah, bantuan kesehatan dan lain sebagainya.
Proses administrasi yang berkaitan dengan pajak pusat dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Berbeda dengan pajak nasional, pajak daerah merupakan pajak-pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja pemerintah daerah.
Proses administasinya dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau kantor sejenis yang dibawahi oleh pemerintah daerah setempat.
Banyak yang mengira jika pajak pusat dan pajak daerah berdiri sendiri karena hasil dari pajak pusat dan pajak daerah digunakan untuk membiayai rumah tangga masing-masing.
Nyatanya, pajak pusat dan pajak daerah bersinergi satu sama lain dalam membangun Indonesia secara nasional dari Aceh hingga Papua.
Pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik jika ada kesesuaian program kegiatan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Contoh Jenis-jenis Pajak Pusat dan Pajak Daerah

Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat:
  1. Pajak Penghasilan (PPh)
  2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
  3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
  4. Bea Materai
  5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB perkebunan, Perhutanan, Pertambangan)

Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah:
1.    Pajak provinsi terdiri dari:
  • Pajak Kendaraan Bermotor.
  • Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
  • Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
  • Pajak Air Permukaan.
  • Pajak Rokok.

2.    Pajak kabupaten/kota terdiri dari:
  • Pajak Hotel.
  • Pajak Restoran.
  • Pajak Hiburan.
  • Pajak Reklame.
  • Pajak Penerangan Jalan.
  • Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan.
  • Pajak Parkir.
  • Pajak Air Tanah.
  • Pajak Sarang Burung Walet.
  • Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
  • Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.
  • Sekadar informasi saja, mulai tahun 2014, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan masuk dalam kategori pajak daerah. Sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan masih tetap merupakan pajak pusat.


Sunday, March 24, 2019

Konsep Diri


Autobiografi ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Bisnis, disamping itu untuk lebih memahami konsep diri saya sendiri, bagaimana saya berproses menjadi saya yang sekarang, agar bisa belajar dari masa lalu dan semua pengalaman yang saya dapatkan.
Nama saya Ale Pradana Putra, saya lahir di Purwokerto pada tanggal 16 Januari 1997. Saya anak pertama dari kedua orang tua saya. Ayah saya bernama Andi Saputra, dan Ibu saya bernama Eka Cahyani. Kedua orang tua saya merupakan penduduk asli Purwokerto. Ayah saya kelahiran 16 Maret 1975, beliau merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Semua kakak dan adiknya berada di Purwokerto, pun dengan Kakek dan Nenek dari Ayah saya. Kakek Nenek dan beberapa Saudara Ayah saya bertempat tinggal di Dukuhwaluh, Purwokerto Timur. Saya pun sempat tinggal di daerah itu bersama kedua orang tua saya sampai kelas X Sekolah Menengah Atas. Ayah saya sempat bekerja sebagai pegawai swasta selama 10 tahun, lalu keluar dan menjadi wiraswasta.
Ibu saya kelahiran 19 November 1975. Beliau merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Kakek dan nenek dari Ibu saya berada di Lumbir, sekitar dua jam dari Purwokerto. Ketiga adik dari Ibu saya berada di luar Purwokerto, satu di Tangerang dan dua di Jambi. Biasanya kami berlibur ke salah satu adik dari Ibu saya setiap liburan sekolah.
Oke kita mulai dari masa kecil saya saat di Taman Kanak-kanak. TK tempat saya menuntut ilmu sejak dini ini bernama TK UMP, karena memang berada di dalam kompleks Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Gedung TK saya berada di belakang Masjid Kampus, sehingga suasana religius sangat kental di dalam pengajaran tiap harinya. Semua guru TK saya adalah Ibu-ibu, mereka semua sangat baik, bahkan beberapa masih ada yang mengenali saya hingga saat ini. Setiap sebulan sekali di TK saya dulu, ada makan bersama satu kelas, dimana makanannya dibelikan oleh wali murid secara bergantian setiap bulan untuk seluruh murid dan guru. For your information, saya tidak makan nasi sampai kelas 4 SD loh. Jadi jika di acara makan-makan sebulan sekali itu menyajikan nasi, saya akan minta pulang tidak mau makan sambil menangis haha! Saya sangat manja memang saat kecil, tapi saya sangat senang masa kecil saya lumayan bahagia. Saya selalu dibelikan banyak mainan oleh kedua orang tua saya, apapun yang saya minta, mungkin karena saya masih anak tunggal, dan Ibu saya masih bekerja sebagai karyawan swasta pada saat itu. Setiap hari yang saya pikirkan hanya bermain dengan teman-teman satu RT. Kebetulan di dekat rumah saya ada sawah, sungai, dan banyak pohon. Jadi hampir setiap hari saya main ke sawah, mencari ikan di sungai, atau memanjat pohon untuk memakan buahnya (walaupun saya takut ketinggian). Setiap sore saya mengaji di masjid dekat rumah bersama teman-teman saya, tak lupa mandi dulu sebelum mengaji, dan berangkat dengan muka penuh bedak.
Beranjak sedikit besar, saya masuk ke Sekolah Dasar, saya masuk ke SD Negeri 1 Kranji. Lumayan jauh jika ditempuh dari rumah menggunakan sepeda motor, tetapi mungkin karena orang tua saya mencari yang sekolah dengan kualitas, jarak yang jauh pun rela mereka tempuh untuk mengantarkanku menuntut ilmu. Disini saya bertemu banyak teman baru, mulai memasukki awal kejamnya dunia haha. Untuk masuk sekolah ini, saya di tes untuk membaca dan menulis, karena didikan orang tua saya yang tegas, saat TK saya sudah lumayan lancar membaca dan menulis, walaupun tulisan saya jelek, tapi masih terbaca lah. Saya dapat diterima dengan mudah. Di bangku kelas 1 SD, saya mendapat wali kelas yang galak, Bu Sarah namanya. Kami semua sangat takut pada beliau, konon katanya, beliau memang harus seperti itu demi membentuk mental awal kami menempuh pendidikan di sekolah berkualitas pada saat itu, terima kasih, Bu! Setelah itu saya naik ke kelas dua, disini saya sangat senang karena mendapat wali kelas yang sangat baik, saya lupa nama beliau, Ibu-ibu yang pasti. Disini pertama kali saya diajarkan gerakan sholat dengan detail oleh guru agama Islam kami. Jadi, sekolah saya berbentuk persegi dengan lapangan besar di tengahnya. Ada kelas yang berada di dalam persegi, dan beberapa kelas di bagian luar depan persegi. Sekolah saya ini terdiri dari gabungan empat Sekolah Dasar. Nah, pada saat di kelas dua, kelas saya berada di depan, dekat pagar keluar. Saat kelas satu, saya sangat ingin beli jajan dari luar pagar, tapi karena sangat ramai dan badan saya yang kecil tidak bisa dorong-dorong, saya lebih memilih membeli jajanan sehat yang kurang enak di kantin. Di kelas dua ini, waktunya pembalasan. Karena dekat dengan pagar, setiap bel istirahat berbunyi, saya langsung berlari ke pagar dan memilih jajanan enak nan tidak sehat di depan mata. Siapa yang tak rindu momen ini dimana kita bisa makan tanpa memikirkan kolesterol dan darah tinggi. Kita langsung loncat ke kelas lima, disini saya baru merasakan dimana kemampuan otak saya bisa lumayan dibanggakan. Saya memang tidak pernah masuk rangking sepuluh besar sama sekali selama sekolah. Nah, pada kelas lima ini, saya dipilih oleh wali kelas saya pada saat itu, Pak Heri, untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat kecamatan. Saya sendiri tidak tau menau kenapa saya dipilih ataupun soal matematika seperti apa yang harus saya kerjakan. Saya hanya mendapat beberapa latihan ekstra di luar kelas oleh Pak Heri untuk menghadapi lomba tersebut. Saat hari lomba, saya hanya mengerjakan apa adanya yang saya bisa kerjakan, nothing to lose. Eh ternyata, saya mendapat juara kedua dan berhak maju ke tingkat Kabupaten. Wah saya sangat tidak menyangka kenapa bisa sampai juara. Ternyata saya tidak sebodoh yang saya kira. Latihan pun menjadi lebih banyak dan lebih sering, beberapa kali saya harus tidak mengikuti pelajaran di kelas untuk berlatih soal olimpiade. Tapi entah kenapa saya merasa senang saat mengerjakan soal soal itu, saya merasa tertantang harus menyelesaikannya. Lalu hari lomba pun datang, seperti biasa saya mengerjakan sebisa dan semengertinya saja. Ibu saya ikut datang pada saat lomba untuk memberikan semangat moral dan mendoakan saya. Selesai mengerjakan, saya keluar dan bergabung bersama guru dan orang tua saya. Mereka yang panik, saya biasa saja haha. Menunggu pengumuman cukup lama, dan kebetulan guru saya merupakan panitia disitu. Tiba-tiba beliau datang dan menyalami saya, dan beliau berkata bahwa kita harus menyiapkan lebih banyak lagi untuk persiapan Olimpiade Sains Nasional tingkat Provinsi di Semarang. Wow! Saya lolos, juara dua lagi. Ibu saya sangat bersyukur, tidak menyangka anak bandel nya ini bisa lolos sebuah olimpiade matematika sampai tingkat provinsi. Kalau tidak salah, ada waktu sekitar satu atau dua bulan sebelum berangkat ke Semarang. Waktu itu saya sudah sangat jarang ikut pelajaran di kelas, pihak sekolah memfokuskan saya untuk olimpiade, bahkan saya harus mengikuti les tambahan di rumah Pak Heri. Jadi sistem olimpiade tersebut ada tiga tahap, dan setiap tahap akan ada eliminasi. Wah saya sudah sangat pesimis saat mendengarnya. Lalu berangkat lah kami satu rombongan perwakilan dari Kabupaten Banyumas menuju Semarang. Ada empat murid dan empat guru, perwakilan dari Olimpiade Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Disana kami diasramakan selama sekitar dua atau tiga minggu per tahapnya. Masalah utama saya disini adalah makanan, karena saya tidak bisa makan nasi, saya pun tidak terlalu suka sayur. Jadi hampir setiap hari saya hanya makan nasi putih, kecap, telur dadar, dan kerupuk, sungguh makanan yang bergizi. Beberapa kali Nenek dari Ibu saya datang untuk menengok dan mengajak saya makan makanan yang lebih berasa dan bergizi. Alhasil, saya lolos sampai ke tahap ketiga, lima belas besar, dan terhenti sampai disitu. Saya sudah sangat bersyukur bisa sampai ke tahap ketiga dan memperoleh banyak sekali ilmu.
            Setelah lulus Sekolah Dasar, saya melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Purwokerto. Ayah saya menyarankan saya untuk mengikuti program akselerasi, awalnya saya tidak mengetahui apa itu dan untuk apa program tersebut. Lalu saya mengikuti tes khusus untuk mengikuti program tersebut. Setelah hasil tes keluar, saya dinyatakan lolos dan berhak mengikuti program akselerasi. Setelah itu saya baru tahu bahwa ternyata, hanya ada dua puluh satu siswa yang akan menjadi teman sekelas saya dan saya hanya harus menempuh dua tahun untuk lulus dari SMP yang mana normalnya adalah tiga tahun. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana materi yang harus saya pelajari selama tiga tahun yang dijadikan dua tahun. Dan dengan dua puluh satu siswa kami tidak berganti kelas selama dua tahun, itu artinya saya hanya memiliki dua puluh satu teman selama menjalani masa SMP. Pelajaran yang kami terima memang cukup padat dan banyak tugas yang harus dikerjakan. Alhamdulillah saya bisa lulus dan melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Purwokerto. Ayah saya sempat menawarkan apakah mau saya mengikuti kelas akselerasi lagi, saya dengan tegas menolaknya, saya ingin menikmati masa masa sekolah. Di SMA ini saya lumayan kesulitan untuk berteman pada awalnya, karena pada saat SMP saya hanya memiliki sedikit teman, jadi pada saat awal SMA saya hanya mengenal beberapa orang yang satu SMP dengan saya. Pada waktu SMA saya mencoba mencari teman sebanyak banyaknya, walaupun pada akhirnya saya hanya memiliki beberapa teman dekat saja. Selama SMA saya hanya memiliki seorang teman dekat yang sekelas dengan saya pada saat kelas sepuluh, dan hingga sekarang kami masih berteman dekat. Pada saat SMA saya tidak mengikuti organisasi apapun dan tidak aktif olahraga karena memang saya tidak bisa olahraga. Saya banyak menghabiskan waktu bermain game online di warnet ataupun di rumah. Saya sangat sering lupa waktu jika bermain game, bahkan hingga pagi hari sehingga pada saat di kelas saya mengantuk dan sering tertidur pada saat pelajaran berlangsung. Hal ini membuat nilai saya sangat jelek pada saat SMA dan tidak menonjol sama sekali di bidang akademik. Pada saat kelas tiga, saya baru menyadari betapa pentingnya nilai yang dibutuhkan untuk melanjutkan ke tingkat Universitas. Saat melihat pilihan jurusan kuliah, sangat banyak jurusan yang mensyaratkan tidak boleh buta warna, saya sangat bingung dalam memilih jurusan karena jurusan yang saya inginkan pada saat itu, Teknik Mesin tidak memperbolehkan mahasiswanya jika buta warna. Akhirnya saya mendaftar ke S1 jurusan Statistika Universitas Gajah Mada. Saya mendaftar lewat jalur SBMPTN karena saya yakin tidak diterima jika menempuh jalur SNMPTN. Dan dengan faktor doa ibu, saya alhamdulillah dapat diterima menjadi mahasiswa di Statistika UGM. Akhirnya saya dapat bebas dan menjadi anak kost, di tempat baru, awal baru, teman baru. Tapi sebelum pengumuman SBMPTN itu, saya mengikuti Ujian Saringan Masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (USM STAN) yang disarankan oleh Ayah saya. Pada saat pemilihan prodi, saya memilih prodi D1 Pajak karena ingin cepat kerja dan mendapat uang sendiri. Saya tertarik untuk bekerja karena tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kuliah empat tahun. Singkat cerita, pada saat saya melakukan orientasi jurusan, pengumuman kelulusan USM STAN keluar. Saya diterima di D1 Pajak, alhamdulillah. Tapi saat saya melihat lokasi pendidikan, Manado. Saya tidak bisa berkata kata, Manado Sulawesi. Saya belum pernah naik pesawat sama sekali. Saya langsung menelpon orang tua saya dan menanyakan bagaimana keputusannya, karena masa depan yang pasti, orang tua saya menyarankan untuk mengambil D1 Pajak STAN. Akhirnya dengan berat hati saya harus meninggalkan teman-teman baru dan Jogja yang istimewa.
            Dimulai lah lembaran baru di kehidupan saya, merantau ke kota nun jauh di utara Sulawesi. Ini pengalaman paling menarik dalam hidup saya, bagaimana saya harus beradaptasi dengan lingkungan yang benar-benar baru dan sangat jauh dari orang tua. Disini saya berusaha merubah pribadi saya menjadi yang lebih baik, lebih peduli terhadap lingkungan dan mencoba berorganisasi. Saya mengikuti seleksi menjadi Polisi Siswa dan terpilih sebagai Ketua. Tugas yang sangat berat, diamana saya harus menegakkan disiplin teman-teman saya satu angkatan dan menjadi contoh yang baik untuk mereka. Sementara saya sendiri susah diatur dan berantakan. Saya belajar tanggung jawab mulai dari sini. Dan karena ada sistem kisi-kisi untuk soal UTS dan UAS, saya mencoba membantu diri sendiri dan teman-teman dengan cara mengompilasi kisi-kisi dari lima kelas lain dan meresume materi semua mata kuliah. Lalu hasil kompilasi ini saya sebarkan ke teman-teman untuk mereka belajar. Respon positif banyak diberikan oleh teman-teman saya, dan saya senang melakukan itu, saya merasa sedikit berguna sebagai manusia. Banyak kenangan indah pada masa kuliah walau hanya satu tahun, susah senang bersama di perantauan, tak jarang kami harus berbagi satu sama lain untuk tetap survive dan tidak terlalu merepotkan orang tua. Karena tiket pesawat yang mahal, jika ada liburan yang cukup panjang, kami biasanya berlibur ke daerah wisata yang ada di Manado. Kami patungan menyewa mobil dan pergi ke pulau, pantai, maupun gunung. Karena semua kos kosan kami berada pada satu wilayah perumahan, kami jadi sering bertemu dan berkumpul bersama untuk sekedar mengobrol bermain musik atau mengerjakan tugas. Total mahasiswa BDK Manado pada saat itu adalah 149 siswa, dan hampir semuanya saling mengenal satu sama lain, karena hanya terpisah menjadi lima kelas dan kos kami yang berdekatan. Kami pun diwajibkan aktif mengikuti kegiatan sosial kepada masyarakat sekitar oleh pihak Balai Diklat, sehingga kami makin solid. Lalu setelah menempuh pendidikan selama setahun, kami pun lulus, tanpa ada satu pun yang gugur. Saya sendiri menghadapi perasaan emosional yang cukup hebat disana, saya merasa inilah teman-teman yang saya cari selama ini, susah senang bersama walau hanya satu tahun, dan saya sangat menghargai pertemanan ini sampai sekarang.
            Setelah lulus, kami dihadapkan dengan persiapan mental untuk memasukki dunia kerja. Penempatan pertama saya sangat mengagetkan, setelah nyaman hampir satu tahun saya magang di KPP Pratama Purbalingga yang notabene sangat dekat dengan rumah, saya terpaksa melihat pengumuman penempatan dan harus kembali merantau ke tempat baru. Ambon, Maluku. Dalam bayangan saya adalah tempat yang masih ada kerusuhan dan banyak kekerasan. Berbekal doa dan semangat dari orang tua, saya berangkat menuju Ambon. Disana, saya dijemput oleh senior-senior yang sangat baik dan peduli. Saya dan dua teman saya ditampung di rumah dinas yang mereka tempati, sambil dicarikan rumah dinas atau mess yang kosong. Setelah hampir seminggu kami menumpang, kami mendapat kamar di mess yang kosong. Saya sekamar berdua dengan teman saya. Setelah sebulan bekerja di kantor baru, saya merasa ada yang tidak pas di hati, mungkin karena saya anak baru dan memang kantor sudah penuh, saya merasa tidak bisa mengeluarkan seluruh kemampuan saya. KPP Pratama Ambon ini membawahi tujuh KP2KP yang tersebar di penjuru Maluku. Nah kebetulan, ada satu KP2KP yang kekurangan pegawai, setelah saya mempertimbangkan banyak hal, saya beranikan diri menghadap ke Kepala Subbagian Umum untuk mengajukan pindah ke KP2KP Saumlaki. Saya masih harus menempuh perjalanan menggunakan pesawat selama satu jam empat puluh menit untuk menuju ke Saumlaki. Di peta, Saumlaki terdapat di atas Australia, dekat Darwin. Saya sudah tidak bisa membayangkan bagaimana tempatnya nanti, tapi itu cukup menantang bagaimana saya berkomitmen terhadap keputusan saya sendiri. Setelah sampai di Saumlaki, masih banyak sekali hutan, bandaranya kecil, dan fasilitasnya masih sangat kurang, sedikit lucu saya membayangkan bagaimana kehidupan saya disini nantinya.
            Saya benar-benar harus belajar dari nol lagi di KP2KP Saumlaki ini, pekerjaan yang benar benar baru dengan tanggung jawab yang besar, ditambah keterbatasan fasilitas terutama sinyal internet yang sangat susah membuat saya harus memutar dan memeras otak lebih dari biasanya. Tiga bulan pertama cukup berat, saya harus beradaptasi dengan kondisi alam yang sangat panas dan susah air, pilihan makanan yang terbatas dan bagaimana penjual makanan memilih memperbanyak porsi dibanding citarasa. Belum lagi saya harus belajar bagaimana berkomunikasi antar budaya dengan orang Saumlaki yang cenderung keras dibandingkan saya yang berlatar belakang Jawa. Dan karena saya merupakan pelaksana tunggal, banyak pekerjaan yang harus saya rangkap dan kerjakan sendiri. Hal ini membuat saya semakin merasa tertantang dan ingin berkembang lebih baik. Hampir tiga tahun saya bekerja di KP2KP Saumlaki, sangat banyak pengalaman yang sudah saya terima, banyak sekali hal yang sudah saya pelajari, titik terendah dan tertinggi hidup saya sampai saat ini ada di Saumlaki. Tempat ini sudah merubah hidup dan kepribadian saya, menuntut saya untuk lebih dewasa menghadapi masalah, banyak sekali orang yang membantu saya disini. Bahkan saya bisa menganggap ini lah zona ternyaman saya sampai saat ini, walaupun banyak sekali orang yang mengeluh bekerja disana, tapi saya merasa senang dan bahagia di Saumlaki. Tak bisa dipungkiri, disinilah saya menemukan arti hidup. Terima kasih Saumlaki dan seisinya. Saya tidak akan menolak jika suatu saat harus kembali bertugas disana. Beta paleng cinta se.
            Lalu disini lah saya sekarang, kembali menuntut ilmu di PKN STAN untuk masa depan yang lebih baik. Mari berproses bersama!

Sunday, November 18, 2012

Teknologi Yang Terinspirasi Dari Karya Fiksi Ilmiah



 
Dahulu, para novelis ataupun para seniman berangan-angan dengan imajinasi mereka akan teknologi masa depan yang canggih. Namun sekarang, angan-angan mereka telah terpenuhi seiring dengan perkembangan zaman, dan mungkin untuk mereka yang masih hidup akan berbicara "Mereka terinspirasi dari karyaku".
1. Bom Atom


Tidak sulit untuk membayangkan sebuah ledakan besar, tapi Robert Cromie (1856-1907) membayangkan sarana untuk melakukan hal yang akhirnya akan menjadi kenyataan. Dalam The Crack of Doom, ia menulis tentang senjata yang menggunakan energi atom, faktor resikonya memusnahkan hampir dua kilometer persegi tanah. Lebih dari empat dekade kemudian, ditemukan bom atom.

Teknologi Yang Diharapkan Atau Tidak Diharapkan?

Teknologi adalah bagian dari peradaban manusia tak pernah terlepaskan, akan ada saja teknologi baru yang ditemukan dari dekade ke dekade, setiap teknologi memiliki fungsinya masing-masing dan saat manusia semakin terobsesi untuk membuat sesuatu yang dilarang, maka kehancuran yang didapat.
1.       Mobil Terbang
Awalnya Mobil Terbang adalah hal yang patut dimiliki di masa depan. Kenapa? Karena hal ini mungkin bisa memecahkan masalah kemacetan yang sering kita alami di jalanan, itulah saat-saat yang menyebalkan, benar bukan.

Teknologi Yang Akan Menyelamatkan Bumi


Ada anggapan dari kaum skeptis bahwa teknologi hanya merusak lingkungan. Anggapan ini menantang para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan.
PBB memperkirakan, hingga tahun 2030 kebutuhan energi akan melonjak sebesar 60 persen. Sebanyak 2,9 miliar manusia akan kekurangan pasokan air. Berikut 11 jenis teknologi yang tergolong dapat mencegah bumi dari kehancuran.
1. Menghilangkan garam dari air laut


PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi miliaran manusia pada pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama desalinasi, yakni menghilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis air.
Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup besar. Kini para ilmuwan tengah mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke membran dengan pori-pori mikroskopis

Saturday, November 17, 2012

Batik Fraktal, Gabungan Seni dan Teknologi



Batik merupakan karya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia, bahkan sering menjadi sebuah simbol akan bangsa Indonesia. Batik dikenal erat kaitannya dengan kebudayaan etnis Jawa di Indonesia bahkan semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit. Namun pada dasarnya berbagai bahan sandang memiliki corak batik juga dari luar pulau Jawa, misalnya di beberapa tempat di Sumatera, seperti Jambi bahkan beberapa tempat di Kalimantan dan Sulawesi. Motif batik digunakan mulai dari hiasan, kain sarung, kopiah, kemeja, bahkan kerudung dan banyak lagi. Namun hal yang sangat menarik dengan batik adalah bahwa ia merupakan konsep yang tidak sederhana bahkan dari sisi etimologinya. Batik dapat merepresentasikan ornamentasi yang unik dan rumit dalam corak dan warna dan bentuk-bentuk geometris yang ditampilkannya. Namun yang terpenting adalah bahwa batik dapat pula merepresentasikan proses dari pembuatan corak dan ornamentasi yang ditunjukkan di dalamnya.